Kau memang mendengar tangisku serupa ringkik kuda kau memang mendengar jejak kakiku serupa ladam beradu dengan batu kau memang mendengar ayahku terbunuh hanya karena menyangka , aku telah mati dalam bharatayuda kau memang mendengar aku dihajar gada hanya karena lahir dari dewi yang bercinta dengan pria bersayap angin disungai gangga , kau memang mendengar tak ada ampun bagi anak yang tidak pernah percaya kepada kebenaran sang pohon hayat, ayahanda yang diimani sebagai anjing hutan yang menolong tak henti-henti hingga subuh tiba kau memang mendengar tangis terakhirku sebagai kuda
Tapi kau telah mengiris telingamu, ibu, kau telah mengiris sejarah cinta dari silsilah getirmu.
Sajak Triyanto Triwikromo : 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar